Sabtu, 16 November 2013
1/2.
Seperti mata kanan yang setengah buta tanpa mata kiri untuk melihat dunia. Seperti tangan kanan yang setengah buntung tanpa tangan kiri untuk memeluk erat. Seperti kaki kanan yang setengah lumpuh tanpa kaki kiri untuk melangkah tegak. Dan, seperti setengah hati yang tak berfungsi tanpa setengah hati lainnya untuk cinta yang sempurna. Maka, temukan setengah hati itu, karena ia juga sedang menunggu untuk melengkapi hatinya yang masih setengah itu.
Kamis, 14 November 2013
If only.
Andaikan bumi ga berputar dan dunia ga berevolusi. Mungkin lo masih disini. Tetap pada tempat lo. Masih dengan raga lo dan sifat lo yang gue kenal. Masih dengan aroma tubuh lo yang selalu gue hafal. Namun, apakah semua berjalan kayak gitu? Gak kan? Nyatanya, bumi berputar lebih cepat, saking cepatnya hingga ngebuat kita ga merasakan pergerakannya. Dan waktu terus berjalan, berjalan hingga tak mau dihentikan. Dan lo pun pergi. Ninggalin semuanya. Dan gue yang bodoh, karena masih meluk kenangan itu dan berharap lo kembali lagi, disini, detik ini, sama gue.
Senin, 11 November 2013
5 detik.
5 detik yang mengubah segalanya. 5 detik tatapanmu yang membuatku jatuh hati. 5 detik yang akhirnya menghantarkanku pada triliunan detik bahkan lebih, disini, menunggumu. 5 detik bersejarah yang kau ukir dalam hidupku. 5 detik...kamu melumpuhkanku.
Senin, 21 Oktober 2013
Say Thank.
Jangan lupa bilang terimakasih ke dia, terimakasih buat senyuman, tawa, dan hal-hal kecil yang bahagiain hati ini, karena setiap orang ngasih kebahagiaan yang beda. Terimakasih juga karena dikasih kesempatan untuk jadi separuh dari bagian hidupnya. Bilang terimakasih untuk waktunya yang udah dia kasih ke kita. Karena kita udah ngelewatin semua bareng-bareng, meskipun sekarang kita udah ga jadi "kita" yang dulu.
Minggu, 20 Oktober 2013
Falls Head Over Heels
Jatuh cinta. Pasti diantara lo ada yang pernah
ngalamin kan atau emang lagi ngalamin? Pasti! Ga mungkin enggak. Jatuh cinta itu gapernah mandang waktu tempat
dan sama siapa. Karena apa? Karena hati lo yang milih bukan lo. Contohnya gue,
gue yang jatuh cinta sama orang yang gue tahu he’s not my criteria that I’m looking for. Dia
yang tragisnya adalah temen gue sendiri. and…. Yap you right babe kalo lo bakal
nyangka cerita gue kedepan ini mengenai gue yang terjebak friendzone? Lo seratus
persen bener. Gue yang selama 5 tahun
ini cuma bisa jatuh cinta diem diem sama temen gue sendiri. Gue yang selama 5
tahun ini just wasted my live to loving him. Too bad, karena saking cintanya
gue dengan ini orang, gue bahkan pernah nyia-nyiain orang yang juga sayang sama
gue. Gue yang pernah having relationship dengan cowok yang 180 derajat beda
dari ini orang justru gue tinggalin aja padahal harusnya saat itu gue bersyukur
karena gue punya cowok yang baik, pengertian, yang kalem dan rajin ibadah for the
love of God. Bedanya dengan ini, some of them told me kalo gue tolol banget
bisa suka sama orang yang gue tahu rap sheetnya banyak banget, he’s smoker, dia
yang suka clubbing, he’s even drink and yes womanizer. Tapi seperti yang banyak
orang katakan kalo suka itu ga butuh alasan kan? And yes, bahkan sampai
sekarang pun gue masih gatau alasan gue bisa suka sama dia apa. Tapi, Tuhan
masih sangat baik sama gue. Kenapa? karena masih ngasih gue otak untuk dipake saat
gue jatuh cinta sama dia. Karena kalo engga, gue mungkin udah with all of my heart bersedia buat kissing floor that
he walked on atau terjun bebas dari lantai 30 kalo dia yang nyuruh. Seperti
kutipan yang pernah gue baca kalo “love
isn’t blind but love’s blinding” itu berlaku buat orang yang lagi jatuh
cinta. Bohong sih kalo ini orang gak bikin gue gila, seriously, he drives me fooking crazy. Gue yang dengan tololnya pertama
kali nangisin cowok sampe sesegukan itu adalah dia , gue yang pindah kepercayaan klub bola gue
biar sama kayak dia, gue yang jadi suka
nontonin acara NBA, gue yang jadi suka dengerin lagu yang sama kayak dia
dengerin, gue yang jadi suka nulis prosa atau sajak picisan murahan, gue yang
jadi suka nonton spongebob cuma buat dengerin ketawanya spongebob karena
ketawanya mirip sama dia walau gue harus nahan emosi tiap si Patrick muncul
dengan ketololannya dan suka nunjukkin pantatnya yang pink itu, gue yang jadi
mau mauan makan di angkringan itu karena dia. Ini orang emang kayak Midas: everything that he touches turns into gold.
Gue gatau kenapa bisa efeknya begini. Rasanya gue pengen rukiyahin diri gue
aja. Kalo beberapa ada yang nanya “kenapa sih lo ga ngomong aja? Atau jujur aja
ke dia?” jawabannya yang gue bisa kasih adalah “karena gue ga mau ngerusak
pertemanan gue sama dia”, that is it. Gue cuma gamau kalo setelah gue bilang ke
dia semuanya jadi berubah jadi merasa canggung atau sadlynya kita yang akhirnya
jadi menjauh, karena buat dia disini aja without he has to realizing what I’m
feeling towards him, that’s more than enough. OH, CRAAAAPPPP!!!! Indeed. Am
I sounds pathetic enough? Kayaknya gue bener bener harus rukiyahin diri gue
aja deh atau nabrakin diri ke truk tronton. But,
in the end, I’ve been a dumb fuck anyway for holding this feeling, right?
Selasa, 16 Juli 2013
Kamu.
Kamu, egoisnya kamu telah membuatku seperti ini.
Kamu, iya kamu. Siapa lagi memang.
Tak henti-hentinya kamu membuatku jatuh dan bangun
berulang kali dalam dekapmu.
Beraninya, kamu.
Memperbudakku dengan pesona dan kata-katamu.
Hei kamu, hentikan!
Cukup!
Aku lelah, tidak sepenuhya memang.
Tapi aku bilang cukup!
Apakah kamu tidak punya hati? Ataukah aku yang terlalu
bodoh untuk memberi hati?
Decision: Break-up.
Siapa yang akan menjamin jika suatu hubungan tidak akan berakhir?
Nyatanya tidak ada bukan. Tidak juga aku tidak juga kamu. Tidak ada yang
merencanakan sejak awal bahwa hubungan yang akan dijalani akan berakhir kapan
waktunya dan bagaimana nantinya. Jangankan untuk merencanakan, waktu itu kita
terlalu sibuk untuk saling jatuh cinta. Toh, kita selalu berdoa bukan untuk
dapat menjalani hubungan yang baik-baik saja sampai maut memisahkan. Lantas
apa? Kenapa bisa berakhir? Tidak juga aku tidak juga kamu yang tahu jelas. Dikarenakan
sudah tidak satu visi lagi kah? Perbedaan kah? Heh, visi? Apa saat dulu kita
bertemu kita sibuk menyatukan visi masing-masing? Tidak. Boro-boro untuk
memikirkan visi waktu itu kita terlalu menggebu untuk saling memiliki. Ah, mungkin
perbedaan? Tidak juga itu. Sama dengan visi kita tidak terlalu memusingkan
perbedaan,bukan? Memangnya perbedaan mana yang harus dipusingkan? Kita sama.
Sama-sama ciptaanNya. Sama-sama bernafas dengan oksigen. Sama-sama memiliki
aroma kentut yang bau. Sama-sama memiliki organ reproduksi (perbedaannya hanya
dalam penamaan dan bentuknya saja, jika kamu penis lalu aku vagina). Kita juga
sama-sama memiliki payudara(lagi, perbedaannya hanya payudara ku lah yang
tumbuh dan ditutupi bra). Dan, kita sama-sama memiliki hati untuk mencintai.
Lalu apa? Entahlah. Kita hanya memutuskan untuk mengakhirinya. Memilih untuk
mengalah terhadap hal yang memang tidak memungkinkan lagi untuk diteruskan.
Mengalah bukan berarti lemah bukan pula menyerah. Mengalah berarti mengikhlaskan
sesuatu untuk dilepaskan. Untuk apa mempertahankan sesuatu yang tidak bisa
dipertahankan lagi? Untuk apa membohongi diri masing-masing? Bukankah hal itu
justru akan menyakiti diri sendiri bahkan menyakiti pihakmu? Kita telah memilih
jalan yang tepat untuk ditempuh. Jalan terbaik untuk diri masing-masing. Tidak
menyakiti sebelah pihak. Ini hanya masalah waktu. Tak ada yang tahu bukan jika
suatu hari nanti kita ditakdirkan untuk bersama kembali? Bertemu dijalan
bertegur sapa dan memulai semua dari awal?
Waktu.
Waktu terus bergerak. Cepat. Kamu harus pandai mengejarnya.
Tak peduli betapa dirimu terseok-seok untuk bersanding. Ia akan terus bergerak
sama halnya dengan bumi ini yang terus berputar. Ia tak akan memberimu barang
sedetik pun untuk mundur kembali. Walau jantungmu menjadi jaminannya. Ia tak
punya belas kasih. Ia hanya akan seiring dengan mereka yang mau berlari, dengan
mereka yang mau bergerak kedepan bukan menoleh kebelakang atau menggugu
merenungi masa lalu.
Rabu, 29 Mei 2013
Believe.
Kadang
kita itu lucu ya. Iya. Kita selalu bilang hidup itu rumit. Ngeluh ini itu.
Bilang kalo “udah ah gue nyerah terlalu sulit untuk dijalanin" disaat kita lagi putus asa. Tapi taugak? Sebenernya yang bikin rumit
itu kita sendiri. Tanpa sadar kita selalu ngebuat hal yang sebenernya mudah
jadi keliatan rumit. Karena apa? Ya. Males. Kita terlalu malas untuk mencoba
bahkan menyentuh. Kadang ketika kita udah mau mencoba lalu baru bertemu rintangan ditengah kita udah
nyerah gitu aja. Semua ada proses. Gimana kita mau sukses kalo ditengah proses
aja kita udah berhenti. Sama halnya seperti kita naik gunung. Gimana mau bisa
menikmati indahnya sunset dari atas gunung kalo ditengah perjalanan aja kita
udah bilang ga sanggup lalu berhenti. Tuhan merancang sedemikian rupa caranya
Cuma buat kita agar lebih kuat. Agar gak menjadi manusia yang mudah rapuh
ketika kita udah sampe kesuksesan. Karena buat pertahanin kesuksesan akan lebih
sulit dibanding saat mencapainya. Tuhan menguji kita sejauh mana kita bisa
yakin dan bertahan sama cobaan yang Tuhan kasih. Tuhan Maha Adil. Tuhan ga
mungkin ga mendengar setiap doa-doa hambanya. Tuhan bahkan lebih tahu mana yang
terbaik untuk kita. Kalo kita ga berdiri disana sekarang, mungkin itu memang
bukan yang terbaik untuk kita. Ini klise memang. Tapi itu keyakinan yang gue
percaya sampai sekarang. Kesuksesan bisa digenggam sama mereka yang percaya.
Sama mereka yang mau berusaha dan berdoa.
Langganan:
Komentar (Atom)