Selasa, 19 Maret 2013

Criminalove: Alien.

Diposting oleh Unknown di 10.08 0 komentar

Hosh…hosh…hosh…
Nafasku tersengal-sengal, jantungku berdetak tak keruan. Peluhku jatuh bercucuran dan darah yang beberapa kali menetes dari tangan kanan dan sudut bibir kiriku, perih. Aku yakin orang-orang akan menyangka aku seorang tahanan yang mencoba melarikan diri dari penjara jika aku berada ditengah-tengah kota sekarang. Dan jika aku benar ditengah-tengah kota sekarang, aku akan dengan senang hati mampir sejenak ke minimarket untuk membeli 1 liter air mineral,membeli plester dan betadine untuk mengobati luka dibeberapa bagian tubuhku sebelum aku digiring masuk kembali ke penjara. Sayang, aku sedang ditengah gurun panas yang sungguh saking panasnya membuat kulitku serasa dibakar bak barisan ikan gurame yang digrill direstoran2 seafood dan aku bukanlah seorang tahanan yang melarikan diri dari penjara. Dan lupakan soal minimarket ditengah gurun atau keinginan untuk membeli 1 liter air mineral serta betadine, bahkan jika kau punya segenggam emas pun ia takkan mampu membeli itu semua ditengah kondisi seperti ini. Entah sampai kapan aku harus terus berlari. Tubuh ini sudah tidak kuat lagi dan ingin menyerah saja. Namun ada sesuatu disana yang memberi ku kekuatan hingga rasa sakit dan lelah ini menguap begitu saja. Makhluk itu. Alien yang membuatku harus merasakan ini semua. Seharusnya aku mempunyai hak penuh untuk mencaci maki,memukul,dan bahkan membencinya karena telah membuatku seperti ini. Namun hal itu berubah dengan kata sayang, belaian,dan rasa cinta. Entahlah ada apa denganku. Kau tak perlu besusah payah menanyakan jawabannya dengan Ariel karena mungkin sama dengannya, aku sendiri pun tidak punya jawaban atas itu.
“Hey wait! Don’t move!”
Suara itu…suara itu ya aku mengenalinya. Suaranya cempreng  dan melengking membuatku bergidik tiap mendengarnya bahkan suara itu lebih menakutkan dibanding suara decit rem mobil. Ngilu. Si kurus bergigi emas.
Kupercepat langkahku. Berharap dia takkan menangkapku. Hingga kulihat sebuah kotak besar berwarna biru beroda empat dan tak berpenghuni. Kudekati dan kucoba buka pintunya. Kebuka! Teriakku dalam hati.  Aku pun duduk dibangku kemudi lalu menatap kemudi mobil. Mungkinkah aku bisa mengendarainya? Truk sebesar ini? Aku bahkan tidak bisa mengendarai motor bahkan matic sekalipun dikarenakan trauma kecelakaan 5 tahun lalu. Namun lagi-lagi suara itu, derap kaki itu bahkan lebih menakutkan dibanding sensasi kematian yang ditawarkan akibat ketidak mampuanku mengendarai truk. Dengan yakin kunyalakan mesin dan kuinjak pedal gas. Truk itu pun melaju. Aneh. Aku bisa mengendarainya dengan mulus. Entah aku yg tiba-tiba diberi kemampuan ajaib atau truk ini yang sebenarnya ajaib. Kutinggalkan gurun bersama si kurus bergigi emas dibelakang. Aku tersenyum lega.
Sejam aku mengemudi ,kulihat rumah-rumah penduduk yang berjejer rapi dan sebuah toko yang menjual minuman. Ingin sekali aku mampir kesana untuk membeli minum yang seakan merayu lewat lemari kaca dingin dan minta dicicipi tubuhnya, namun lagi-lagi bayangan Alien itu membuatku terus melaju tanpa mempedulikan tenggorokanku yang mulai sama perihnya dengan luka-luka ditubuh ini.Tak lama aku melihat sebuah gedung tua tak terurus diujung sebuah gang terpencil. Temboknya usang ditumbuhi tanaman lumut dan paku-pakuan. Kuparkirkan truk ajaib ini dan masuk kedalam gedung. Gelap,sunyi,dan lembap. Mirip gedung-gedung tua difilm horror. Aku berharap takkan berjumpa dengan makhluk halus atau semacamnya disini. Aku terus berjalan menaiki tangga-tangga licin. Dan sampai dilantai dua gedung. Kusapukan pandanganku hingga akhirnya mataku bertemu dengan sepasang mata yang teduh namun tegas, mata yang mampu membuatku lumpuh seketika, mata yang mampu membuatku kehilangan kontrol atas diriku. Mata itu menyambutku, aku tahu Alien itu senang dengan kehadiranku, aku dapat merasakannya. Namun sorot mata itu berubah seketika, seakan ia memberi isyarat kepadaku. Yang maksudnya, Jangan bergerak,tetaplah disitu. Aku pun mengikuti intruksinya. Kulangkahkan kaki untuk mundur dan meringkuk ditangga. Kulihat sesosok laki-laki dari belakang , ia berperawakan tinggi, bertubuh atletis, rambutnya yang gondrong ikal dikuncir kuda. Yah, dia persis seperti penjahat ditv2. Sekian detik aku meringkuk ditangga hingga mataku menemukan sebuah balok kayu besar yang entah darimana datangnya. Aku rasa dalam kasus ini aku sedang beruntung, selalu menemukan barang-barang yang tak terduga seperti truk ajaib dan balok kayu ini disaat-saat genting.  Kuambil balok kayu yang diujungnya terdapat paku-paku yang mulai berkarat. Kulangkahkan kaki ke si penjahat itu, kuayunkan baloknya dan….
“Maaf” desisku.
Seketika penjahat itu jatuh.  Aku kaget. Aku kaget dengan tanganku dan tubuhku yang seperti disuntikkan energy supersonik  yang dimiliki saras 008 atau bahkan Catwoman hingga membuat tubuh atletis itu tersungkur dan bercumbu dengan tanah. Sama denganku, Alien didepanku pun itu tercengang. Akupun langsung menghambur kearahnya. Mencoba membukakan tali yang membebat tubuhnya yang sempurna.
“Are you ok? Tanyanya
“Yes, I’m ok” balasku sambil terus berusaha membuka tali ditubuhnya. Kutundukkan kepalaku agar aku tak harus menatap wajahnya. Walau aku tahu ia terus menatapku. Sial. Umpatku dalam hati. Aku lebih memilih untuk memandangnya dari jauh daripada seperti ini. Tubuhku dan tubuhnya yang hanya berjarak satu jengkal setengah. Aku gemetaran. Keringat dingin keluar dari tubuhku.
“Lukamu” bisiknya
“Its ok” balasku. Mengapa disaat seperti ini waktu terasa begitu lamban. Tali yang sedari tadi aku coba buka tak kunjung lepas. Sampai sepersekian menit yang rasanya sudah 10 tahun bagiku, akhirnya tali itu terlepas juga, Alien itu bebas.
“Terima kasih banyak” ucapnya
Aku hanya menganggukkan kepala.
“Paulo, Paulo? Are you ok? Is there something  wrong? Suara cempreng yang aku kenal, si kurus bergigi emas. Hebat sekali dia bisa datang secepat ini. Mungkinkah dia juga menemukan truk ajaib digurun? Entahlah.
Kemudian dengan cepat, Si Alien mengambil sebuah pistol hitam yang tergeletak didekat si lelaki yang aku duga bernama Paulo yang masih belum sadarkan diri. Ia menyerahkan pistol hitam itu kepadaku.
“Ini peganglah” katanya sambil menghampiriku
“Untuk apa? Lebih baik lo yang pegang. I cant” kataku yang masih bingung.
“Gue udah punya satu. Dan ini buat lo. Yes,you can!” katanya meyakinkan ku seraya menyerahkan pistol hitam itu.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari tangga dan suara memanggil.
Alien itu dengan segera menarik tanganku dan menyembunyikanku dibalik punggungnya. Dapat kucium bau tubuhnya, sisa-sisa aroma parfum Issey Miyake yang bercampur dengan aroma peluhnya. Aroma nomer 2 yang aku suka, setelah aroma khas minyak telon Nyonya Meneer.
“Hey,Paulo! What’s going on? si kurus berteriak melihat si Paulo terkapar dan sama kagetnya dengan dia melihat Alien yang sudah bebas berdiri dihadapnya.
“You…… HOW!?” bentak si kurus gemas.
“Yeah, why, Luca?” timpal si Alien dengan santai. Dan pertama kali aku tahu  kalau si kurus bergigi emas dan bersuara cempreng itu bernama Luca.
Sontak si Luca memanggil seorang temannya yang diikuti dengan derap kaki bak seorang paskibraka. BRUK BRUK BRUK.Dua lawan satu. Mengapa dua lawan satu? Ya, karena mereka yang masing-masing memegang senjata dan aku rasa mereka cukup ahli menggunakannya . Sementara aku, yang baru beberapa detik lalu berkenalan dengan senjata api dan sama sekali tidak tahu bagaimana menggunakannya.
Mereka sempat saling berbicara yang aku duga adalah bahasa Spanyol karena aku tidak mengerti apa artinya, si Alien dan si Luca.
Tiba-tiba
DUAR. Satu peluru terhempas. Diikuti suara tubuh yang jatuh ke tanah. Ternyata salah satu teman Luca tertembak, tak lain tak bukan si Alien lah yang menembaknya.
Suasana makin tegang. Si Alien menarik tanganku sedikit memberi kode agar tetap dibalik punggungnya. Kudengar Luca yang terus mengumpat. Suaranya membuatku ngilu.
Kudengar suara tembakan lagi, 2 kali. DUAR. DUAR.
Aku diam. Kaku. Kulihat Alien jatuh. Pistol ditangannya terhempas. Dan satu peluru melesat tepat mengenai pergelangan tangan kirinya.
Kudengar si kurus tertawa.
Luca brengsek! Pekikku dalam hati.
Tiba-tiba seperti sesuatu yang panas menjalar diseluruh tubuhku. Menjalar terus hingga ke ubun-ubun. Dan entah kenapa tiba-tiba tangan ini dengan lihai mengoperasikan pistol hitam yang sedari tadi aku genggam, pemberian Alien.
Sempat terlintas dibenakku, konsekuensi yang aku terima jika aku benar-benar menarik pelantik itu dan membunuh Luca. Aku akan sangat berdosa dan menyesal seumur hidup. Belum lagi neraka akan senang hati menampungku dan menghidangkanku segelas sirup merah segar untuk melepas dahaga, darah Luca. Namun, taukah engkau jika terkadang cinta dapat menjadi pembuta dunia? Dan aku sedang mengalaminya. Detik ini. Dengan penuh keyakinan kutarik pelantik dan kuhempaskan isinya.
Tubuh kecil itu terbang bagai kapas. Pelan tapi pasti mendarat dibumi. Tawa cempreng itu lenyap bersama jiwanya. Dan aku yakin iblis disebelah kiriku tertawa puas melihat aksiku tadi. “Bravo..bravo!” katanya. Dan neraka siap menanti kehadiranku, sirup darah Luca beserta sirloin steak Luca terhidang di meja neraka kecuali gigi emasnya. Karena aku tidak akan tergoda untuk menyentuhnya apalagi melumatnya. Melihatnya masih apik terpajang digigi siempunya  saja membuatku geli.
Kulihat Alien yang tersungkur dibelakangku. Meringis menahan sakit. Darah terus keluar dari tangannya. Cepat aku cari kain untuk menghentikan aliran darahnya. Kubalut lukanya.
“Game is over” katanya sambil tersenyum
“Ya” kataku sambil terus membalut lukanya
“ Do you happy?” tanyanya
“No, dengan luka lo yang kayak gini” jawabku
“Hahaha, I’m fine. Jangan khawatir” jawabnya santai
Kurasakan sesuatu yang hangat menyentuh kepalaku. Tangan kanannya yang bebas membelai rambutku. Kurasakan sensasi yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuatku seakan sedang terbang menuju nirvana. Kali ini aku menikmatinya. Benar-benar menikmatinya.

“ I wish I could” bisiknya pelan.

Aku terbangun. Kulihat sekelilingku.Dimana dia? Kusapukan pandanganku ke setiap sudut. Ia tak ada. Aku berlari. Mencari. Terus berlari. Terus dan terus. Kemana si Alien? Kemana Alienku pergi? Kemana?! Kemana?! Akankah ia kembali?
Untuk Si Alien, 
yang tak tahu kapan ia akan kembali.

Jumat, 01 Maret 2013

Kepo.

Diposting oleh Unknown di 02.11 0 komentar

Kepo. Empat huruf satu kata yang lagi happening banget. Tiap nanya sesuatu ke orang pasti jawabannya “ih kepo banget sih lo”. Most of us pasti udah tau kan kepo itu apa. Disini gue ga akan bahas tentang pengertian kepo because as I said before, lo pasti udah pada tau.
Sometimes gue fikir, begini, kalo kita mikirin kehidupan orang lain yang sama sekali ga mikirin kehidupan kita, jadi disini yang lebih penting itu hidupnya siapa? Coba fikir ulang. Gue fikir, ngapain sih kita menuh-menuhin otak kita sama detail kehidupan orang lain yang belum tentu nguntungin dihidup kita. Mending kita fikirin hidup kita buat jadi lebih baik, penuhin otak kita sama sesuatu yang lebih berguna, belajar yang bener ,pikirin gimana caranya bahagian ortu karena mereka adalah orang yang mikirin kita diliat dari mereka banting tulang cari duit buat kita sekolah, yegak? Gue bukan sok ngajarin atau nyuruh lo disini buat ga ngepoin orang, itu hak lo, karena gue sadar sometimes I did it, too. Ada satu kutipan Mario Teguh yang seakan menyentil gue “ hal-hal yang tidak membuat kita penting dimasa depan, tinggalkan!”
 

.Babe With Brain. Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review