Kertas-kertas putih yang berserakan diatas meja kayu yang
mulai lapuk itu akan bercerita kepadamu. Tentang keyakinan yang ku percaya hingga
detik ini. Lewat kata-kata dalam lembaran kertas itu aku bercerita tentang
sebuah perasaan kosmik yang membelenggu hingga bertahun-tahun lamanya. Untaikan
kata yang hanya bisa aku tumpahkan dengan pena bukan mulut ini. Kamu, satu hal
yang paling tidak aku mengerti. Kamu, racun yang membunuhku perlahan. Kamu,
bayangan yang aku reka dan aku cipta.
Sebagian dari lembaran-lembaran ini menginginkan kamu
datang, membenciku hingga muak, melakukan hal-hal sarkastik hingga aku tersadar
dan menyesali diriku sendiri, menertawakan kebodohanku untuk sampai jatuh hati
padamu.
Namun , sebagiannya lagi menginginkan kamu hadir, untuk
jatuh hati lagi segila-gilanya. Membaca ulang setiap momen dalam perjalanan
kita, menikmati setiap kata dari kalimat-kalimat yang kita buat dahulu. Betapa
dibagian ini aku percaya bahwa setiap air mata yang jatuh tidak akan terbuang
sia-sia. Betapa aku yakin bahwa miliaran detik yang aku habiskan tidaklah
pecuma. Untuk sekedar menunggumu hadir kembali.
Andai saja waktu dapat dihentikan. Mungkin
aku tidak akan begitu takut untuk kehilanganmu. Aku tidak akan ragu untuk
menghabiskan satu detik bersamamu. Satu detik berharga. Dan aku rela menukar
apapun untuk itu.
Pada akhirnya semua hanya menjadi kenangan.Kenangan yang mungkin suatu saat nanti dinikmati kembali, tanpa perasaan tersiksa, aku harap.
Tepat disurat terakhir ini dirimu masih menggelayut disana. Secercah
harapan hadir. Andai saja kata-kata ini bisa menguap dan bertengger diotakmu. Aku
harap kamu mengerti atau paling tidak setengah mengerti. Mungkin hanya aku yang
merasakan. Yang selalu mendamba untuk kau mengalami.
0 komentar:
Posting Komentar